Tidak hanya mengajarkan bagaimana kewajiban beribadah, namun Rasululloh juga memberikan contoh bagaimana cara membelanjakan harta dalam islam. Masalah keuangan adalah hal yang fundamental dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pola pikir dan gaya hidup yang berlebihan juga menjadi salah satu faktor penentu yang harus dibenahi.
Islam mengajarkan bahwa apa yang dimiliki akan menjadi satu tanggungjawab di akhirat kelak. Ketika Anda tidak menggunakan uang yang dititipkan oleh Allah untuk suatu hal yang diridhoi Nya, maka siksa akan menjadi satu balasan. Tidak perlu menunggu berada di akhirat, bahkan di dunia akan merasakan dampaknya, seperti merasa gelisah, terkena musibah, dan lain sebagainya.
Cara Membelanjakan Harta dalam Islam
Berbagai contoh dan tauladan diberikan oleh Rasululloh dan sahabatnya dalam hal pengaturan keuangan. Bagaimana agar bisa membelanjakannya di jalan Allah dan mendapat ridhonya. Berikut beberapa hal yang diutamakan untuk didahulukan dan dilakukan ketika Anda memiliki penghasilan:
-
Bayar Hutang
Hadist riwayat Ibnu Majah nomor 2410 menyebutkan bahwa Rasululloh pernah bersabda bagi siapa saja yang memiliki hutang dan berniat untuk tidak melunasinya, maka akan bertemu dengan Allah di hari Akhir dengan status pencuri. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa membayar hutang adalah satu keutamaan bagi muslim yang memiliki tanggung jawab tersebut.
Selain itu, Rasululloh pernah pada suatu riwayat dikatakan bahwa beliau tidak bersedia menyolati mayit sahabat yang meninggal dengan hutang belum terbayarkan. Pesan yang ingin ditekankan dari beberapa contoh kisah tersebut yaitu setiap hutang harus segera dibayarkan saat mempunyai kemampuan untuk melunasinya. Penundaan yang disengaja bukanlah satu hal yang dibenarkan dalam ajaran islam.
Riwayat lain dari Tirmidzi juga menyatakan bahwa nasib orang yang meninggal dengan keadaan berhutang akan tergantung atau tidak jelas kepastiannya. Diceritakan bahwa Rasullulah mengatakan bagi setiap jiwa seorang mukmin yang memiliki tanggungan hutang pada masa hidupnya dan tidak melunasinya hingga meninggal, jiwanya akan tergantung tidak punya kepastian hingga semua lunas dibayarkan.
Oleh karenanya cara membelanjakan harta dalam islam yang pertama dan utama adalah dengan menyisihkannya untuk keperluan membayar hutang. Jika semua telah terlunasi, maka sisanya bisa untuk dibagi pada keperluan lain. Sehingga, pemenuhan kebutuhan lainnya bisa lebih terjamin dan diridhoi oleh Allah S.W.T. Setelah itu semua, perlu diingat agar menghindari untuk berhutang kembali.
-
Sedekah
Islam sebagai agama yang membawa kebenaran, selalu menekankan kepada setiap umatnya untuk sedekah di jalan Allah. Pada beberapa surah di Al-qur’an juga dikatakan bahwa memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan adalah sebuah tanggungjawab dan kewajiban bagi siapapun yang memiliki kemampuan.
Pada prinsip ajaran yang ada dalam islam diyakini bahwa setiap harta yang dimiliki oleh umatnya adalah sebuah titipan. Dimana di dalamnya terdapat hak orang lain, seperti fakir miskin, anak yatim, dan juga orang-orang yang terbatas secara finansial. Oleh karenanya, menyucikan dengan melakukan sedekah atas apa yang dimiliki adalah sebuah kewajiban yang harus di jalankan.
Pada dasarnya cara membelanjakan harta dalam islam, selalu mengajarkan bagaimana untuk tidak memikirkan diri sendiri dan lebih peka atas penderitaan orang lain. Menabung adalah sebuah keharusan, namun bersedekah untuk membantu orang yang membutuhkan juga diutamakan.
-
Zakat
Bagi Anda umat muslim tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah Zakat, pasalnya sejak saat sekolah dasar sudah diajarkan untuk mengamalkannya. Mengapa ini menjadi satu bagian penting dalam cara membelanjakan harta dalam islam? karena masuk dalam rukun islam. Kewajiban ini dibebankan kepada setiap orang yang memenuhi syarat untuk menunaikannya.
Sebelum itu mari berkenalan dengan beberapa jenisnya, pertama yaitu zakat fitrah yang dibayarkan dalam bentuk sembako atau beras dengan timbangan 2,5 kilogram saat masa sebelum Ramadhan selesai. Kedua yaitu zakat maal yang dibayarkan dalam bentuk hasil pendapatan, sebagian upah bulanan, hasil kebun, hasil laut, dan sejenisnya.
Sedangkan untuk persyaratan seseorang wajib menunaikan keduanya diantaranya yaitu tidak berhutang, memiliki jumlah pendapatan yang tetap dan stabil, dan memenuhi nisab untuk zakat maal. Tujuan dari kebiasaan ini adalah untuk membantu orang-orang yang membutuhkan atau mengalami kesulitan dalam kehidupannya, seperti fakir miskin dan juga anak yatim.
Kewajiban atas pelaksanaannya juga telah dituliskan dalam surah Al-Baqoroh Ayat 254, bahwa setiap orang yang beriman wajib baginya untuk membelanjakan harta di jalan allah, salah satunya yaitu dengan membayar zakat sesuai ketentuan. Dipertegaskan pula anjuran tersebut dalam surah An-nur ayat 56, bahwa selain mendirikan sholat dan menaati Rasululloh, zakat adalah utama untuk ridho-Nya.
-
Wakaf
Cara membelanjakan harta dalam islam selanjutnya yaitu dengan menggunakannya sebagai wakaf. Kegiatan ini berupa penahanan sebagian harta dalam bentuk benda untuk diambil manfaatnya. Penyerahan hak kepemilikan selanjutnya diberikan kepada lembaga atau badan hukum yang bergerak di bidang tersebut.
Misalnya Anda akan melakukan wakaf Al-qur’an, maka lakukan di lembaga tahfidz dan atau yang memberikan jasa untuk pengaturan serta penyaluran terkait hal tersebut. Kewajiban serta keutamaan dari hal ini tertulis pada beberapa ayat dan surah seperti Al-Imran 92 serta hadist yang diriwayatkan Bukhori dan muslim.
Bagi umat muslim, setiap harta yang diwakafkan akan terus menjadi satu amalan jariyah hingga pemiliknya telah meninggal dunia. Untuk itulah pemanfaatan setelahnya harus terus berlanjut, sehingga berkahnya bisa terus dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Pada dasarnya, setiap harta yang dimiliki adalah milik Allah, membelanjakan di jalannya adalah satu hal yang benar untuk dilakukan.
-
Infak
Selain beberapa hal di atas, Infak juga merupakan bagian penting untuk memahami cara membelanjakan harta dalam islam. Bentuknya ada yang wajib dilakukan dan sunnah, seperti zakat dan lainnya. Beberapa jenis pengeluaran atau pembelanjaan ini adalah pembayaran kafarat, nazar, dan sejenisnya.
Sedangkan untuk yang bentuknya sunnah, diantaranya seperti pemberian bantuan kemanusiaan saat ada bencana, berbagi rejeki pada fakir miskin, dan masih banyak lagi. Salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, mengatakan bahwa terdapat malaikat yang akan mendoakan orang berinfak di setiap pagi dan sore. Selain itu masih banyak lagi keutamaan lain yang bisa diterima.
Membelanjakan untuk Barang yang Halal dan Toyyib
Mengatur belanja sebagai muslim adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan untuk menghindari mudhorot. Terdapat beberapa ketentuan dan contoh yang dilakukan oleh Rasululloh serta sahabat dalam membelanjakan uang yang dimiliki, salah satunya dengan membeli barang yang halal serta toyyib. Mengapa demikian? berikut beberapa ulasan terkait hal tersebut.
Pertama, setiap uang yang Anda miliki adalah sebuah titipan, sehingga tidak selayaknya menggunakan untuk hal yang tidak disenangi oleh Allah. Salah satu untuk dihindari adalah membeli sesuatu dengan status haram untuk dikonsumsi seperti minuman keras, daging babi, dan berbagai jenis terlarang lainnya.
Tujuan dari ketentuan halal haram adalah untuk kebaikan diri seseorang agar tidak banyak mendapatkan dampak negatif dari sifat buruk yang dibawa oleh barang tersebut. Seperti contohnya minuman keras, sifatnya yang merusak fungsi organ pencernaan dan menghilangkan kesadaran tentu tidak akan baik untuk diri Anda. Sehingga membelanjakan untuk kepentingan tersebut dilarang.
Selain masalah haram halal, Anda juga harus mempertimbangkan unsur toyyibah. Maksud dari ketentuan ini adalah bahwa tidak semua yang diperbolehkan untuk dimakan atau digunakan akan memberikan dampak baik untuk diri Anda. Contohnya, ketika memakan makanan olahan daging sapi yang halal, Anda justru akan mengalami gejala alergi, maka itu dilarang untuk dibeli. Bahkan dalam membeli hal dasar yang bernilai tinggi anda juga perlu memerhatikan untuk membelinya dengan sesuai syariat. Contohnya memilih properti syariah untuk hunian keluarga atau investasi masa depan.
Pembatasan cara membelanjakan harta dalam islam ini dilakukan agar pengelolaan keuangan yang Anda miliki akan benar-benar terinci dengan jelas. Sehingga, tidak pernah merasa kekurangan dan terhindar dari kecemasan serta berbagai keburukan lainnya.
-
Menabung
Setelah semua kebutuhan pokok dan juga kewajiban hutang telah terpenuhi, islam juga menganjurkan untuk belajar menabung. Saat memiliki penghasilan, jangan lupa untuk menyisihkan beberapa nominal dijadikan cadangan ketika benar-benar dibutuhkan. Hal ini sangat penting dilakukan, karena Anda tidak akan pernah tahu beberapa kemungkinan kebutuhan dadakan yang bisa saja timbul.
Misalnya, pada saat yang tidak diduga Anda perlu melakukan perbaikan kendaraan bermotor karena sebuah kecelakaan kecil dan harus membayar biaya rumah sakit untuk penyembuhan, maka inilah fungsi dana tabungan. Hadir sebagai pilihan alternatif pada saat-saat tidak pasti dan tidak bisa hindari.
-
Berhemat dan Tidak Tabdzir
Setiap muslim diajarkan untuk menentukan prioritas dalam membelanjakan harta di jalan Allah. Ketentuan tersebut ditujukan agar kemudian memberikan kemaslahatan dharuriyyat dan juga hajiat. Dimana mencapai keduanya diberlakukan sebuah aturan agar berhemat dan tidak tabzir. Maksud dari sifat tersebut adalah berfoya-foya menghamburkan uang pada sesuatu yang tidak penting.
Secara umum ada dua kebutuhan pokok yang perlu untuk dipenuhi sebagai prioritas utama, yaitu sesuatu yang bersifat mendasar atau basic needs. Contohnya yaitu segala hal termasuk sandang, pangan, dan juga papan. Kedua yang bersifat hajiat atau sekunder yaitu seperti kendaraan bermotor untuk mengurai permasalahan dan hambatan saat bekerja.
Melalui dua jenis kebutuhan tersebut, seorang muslim yang bijaksana akan mendahulukan pencapaian kemaslahatan dharuriyyat sebelum memenuhi hal lain yaitu hajiat. Dengan begitu keuangan akan tetap stabil dan masih bisa untuk ditabung atau disimpan untuk keperluan mendesak yang mungkin akan terjadi.
-
Sisihkan untuk Modal Usaha
Menyisihkan modal untuk digunakan membangun usaha adalah bentuk yang diajarkan dalam ketentuan cara membelanjakan harta dalam islam. Sebuah riwayat dari Ibrahim Al Harbi menyatakan bahwa dalam sembilan dari sepuluh rejeki terdapat dalam perdagangan. Inilah bukti bahwa anjuran untuk berbisnis merupakan keutamaan yang bisa dilakukan oleh umat muslim.
Contoh nyata dilakukan oleh Rasululloh dan juga istri beliau Khadijah. Keduanya menjalankan bisnis perdagangan untuk mendapatkan penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya. Untuk itu, Anda bisa memulainya dengan menyisihkan beberapa uang sebagai modal setelah dibagi ke dalam beberapa kebutuhan utama.
Sehingga dengan begitu Anda bisa mendapatkan pendapatan tambahan yang bisa dijadikan alat untuk berjihad di jalan Allah. Makna dari anjuran ini bukan berarti mendanai perang bersenjata, namun dalam bentuk lain seperti memuliakan anak yatim serta membantu fakir miskin. Dengan begitu Anda berhasil melawan hawa nafsu dan menghindari sifat tabdzir, yang mengeraskan hati seseorang.
Namun, perlu ditekankan juga bahwa untuk menjalankan sebuah bisnis terutama perdagangan, Anda harus tetap menjunjung nilai-nilai kejujuran seperti yang Rasululloh contohkan. Hindari melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan dalam ajaran islam. Karena hal tersebut justru akan membuat harta menjadi kotor dan tidak berkah, sehingga tidak bisa memberikan manfaat untuk diri dan orang lain.
-
Buat Pencatatan Pengeluaran dan Pembagian Fomula 1-1-1
Prinsip dari cara membelanjakan harta dalam islam tidak mubadzir dan selalu melakukan pencatatan pengeluaran (cash flow). Mengapa demikian? karena setiap apa yang Anda belanjakan setiap bulan harus memiliki kalkulasi atau perhitungan yang benar, agar tidak terjadi kebobolan anggaran. Sehingga, untuk selanjutnya bisa kemudian melakukan evaluasi atas pembelanjaan yang tidak penting.
Anda bisa mengakali bagian ini dengan mengimitasi formulasi 1-1-1 milik sahabat nabi, Salman Al farisi. Pada sebuah riwayat digambarkan bahwa beliau melakukan pembagian atas uang yang dimilikinya ke dalam tiga hal utama dengan proporsi seimbang.
Pembagian yang dimaksud sebagai berikut, saat itu Salman memiliki uang 1 dhirham kemudian digunakan untuk modal usaha berupa anyaman yang dijual seharga 3 dhirham. Kemudian dari penghasilan tersebut dibagi dalam tiga kebutuhan, 1 dhirham pertama untuk pemenuhan keperluan keluarga, 1 dhirham kedua digunakan untuk sedekah, dan 1 dhirham sisanya untuk modal lagi.
Jika itu dilakukan dalam bentuk mengatur belanja sebagai muslim, tentu tidak akan ditemukan kesusahan ataupun kekurangan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap rejeki pada dasarnya sudah diatur sesuai kebutuhan umat oleh Allah S.W.T, namun yang memberatkannya adalah gaya hidup berlebihan dari orang bersangkutan. Untuk mendapatkan kecukupan maka jangan berlebihan.
Keutamaan dari Membelanjakan Uang di Jalan Allah
-
Dilancarkan Rezekinya
Pada hakikatnya, islam selalu mengajarkan kepada seluruh umat Nabi Muhammad, bahwa ketika membelanjakan harta di jalan Allah justru akan membuka pintu rejeki yang ditutup. Hukum imbal balik dalam hal ini dimaksudkan ketika Anda bersedekah sebagai cara membelanjakan harta dalam islam, maka jaminan akan pahala dan balasan berlipat ganda telah ditetapkan oleh Allah secara pasti.
-
Diberikan Ketenangan Batin
Keutamaan membelanjakan harta di jalan Allah adalah mendapatkan ketenangan hati. Ketentuan akan penjaminan janji tersebut, telah tertulis dalam firman Allah surah Al- Baqarah ayat 274. Bahwa tidak akan ada kekhawatiran dalam diri seorang yang menafkahkan hartanya untuk membantu orang yang membutuhkan.
-
Dijauhkan dari Bencana dan Musibah
Mengapa membelanjakan harta dengan cara yang benar sesuai aturan islam bisa menjauhkan bencana dan musibah? jawabannya karena hal itu bisa meminimalisir mudhorot. Misalkan ketika Anda melakukan pengaturan uang seperti prinsip Salman, tentu masalah seperti kekurangan dan juga hutang bisa dihindarkan. Oleh sebabnya satu permasalahan yang mungkin terjadi bisa teratasi.
-
Berkah
Ketika pengelolaan keuangan dalam pembelajarannya dilakukan sesuai dengan cara dan ketentuan yang telah dicontohkan oleh Nabi S.A.W tentu akan timbul kemaslahatan dalam hidup. Berkah yang dimaksudkan adalah rasa cukup atas apa yang didapatkan. Serta tidak merasa kurang, sehingga terhindar dari hutang, hidup menjadi bahagia.
Demikianlah ringkasan dari cara membelanjakan harta dalam islam. Pada dasarnya setiap kebutuhan akan terpenuhi jika Anda mengelola pengeluaran sesuai dengan kemampuan. Seperti halnya hidup sederhana, dan menabung sebagai dana cadangan. Tidak ada yang memberatkan asal semua dilakukan sesuai dengan porsi, sehingga manfaat lebih banyak dibanding mudhorotnya.